Kebahagiaan Hakiki

 

Kebahagiaan Hakiki Hanya Diperoleh Bagi Orang yang Beriman

(Muhamad Asran Dirun)

Dari Abi Yahya bin Sinan ra. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad Saw bersabda : “Sungguh menakjubkan urusan/ keadaan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan keadaan itu tidak ada pada seseorang, kecuali hanya ada pada seorang mukmin. Apabila ia mendapat kelapangan, maka ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan apabila ditimpa kesempitan, maka ia bersabar, dan sabar itu baik baginya”. (HR. Muslim, 8/ 125 dalam az-Zuhud).

Hadis Nabi Muhammad Saw tersebut menjelaskan bahwa semua urusan atau aktivitas seorang yang beriman adalah baik baginya. Jika urusannya dimudahkan dan dilancarkan, maka ia segera bersyukur, dan jika urusannya ada hambatan, maka ia bersabar. Itulah makanya Nabi menyebutkan bahwa semua urusan orang beriman adalah baik dan menakjubkan.

Semua orang menginginkan kebahagiaan dari apa yang ia kerjakan. Orang tua bekerja dari pagi hingga petang tentu tujuannya untuk membahagiakan anak istrinya. Seorang pedagang berjualan di pasar juga ingin membahagiakan keluarganya. Begitu pula seorang nelayan pergi ke laut tentu menginginkan kebahagiaan untuk keluarganya.

Namun kada kala kita terjebak ke dalam situasi yang sering lupa. Jika apa yang kita usahakan sudah kita raih maka kita akan lupa kepada Allah, seraya berkata, bahwa apa yang saya peroleh adalah hasil dari usaha saya sendiri lalu berkata bahwa Allah telah memuliakanku.

Tatkala aktivitas atau usaha kita lagi macet atau mengalami kebangkrutan, maka kita akan memaki-maki Allah dengan berkata, Allah telah melupakanku. Hal ini sudah disebutkan Allah dalam firmannya :

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (QS. Al Fajr : 15-16).

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Hal ini lebih disebabkan karena apa yang sudah dikerjakan kita anggap sebagai atas usaha kita sendiri dengan tidak ada campur tangan dari Allah. Sehingga orang yang berbuat demikian  ia akan gampang berkata bahwa dirinya berkuasa terhadap apa yang ia lakukan, sehingga Allah ia kesampingkan.

Biasanya perilaku orang seperti ini mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh segala keinginannya, bahkan melupakan aturan Allah Swt. Ketika ia sudah mampu membeli sepeda motor, maka ia akan berusaha keras untuk bisa membeli mobil. Jika sudah mampu membeli mobil, maka ia akan berkeinginan memiliki mobil lainya yang lebih bagus, begitu seterusnya.

Sekilas perbuatan tersebut baik, karena ada ikhtiar untuk mendapatkan sesuatu. Namun tatkala apa yang ia kerjakan tidak ia sandarkan kepada Allah (mengharap ridha) maka perbuatan tersebut menjadi tidak baik di mata Allah Swt.

Bukankah hadis di atas menyebutkan bahwa pekerjaan yang menakjubkan yang baik itu adalah hanya didapat oleh orang yang beriman. Maksudnya adalah ia percaya bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja/ berusaha, dan ia percaya bahwa Allah yang akan menentukan hasil dari pekerjaannya itu.

Dengan kata lain, ia menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah, meskipun ia sudah bekerja dengan sangat keras. Apapun hasil yang diberikan Allah kepadanya ia terima dengan syukur dan sabar. Orang yang seperti inilah yang akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dan ridha dari Allah Swt.

Allah Swt juga sudah menjanjikan bahwa bagi siapa yang bersyukur atas nikmat yang diberikan maka akan ditambah nikmatnya. Dan bagi siapa yang lupa terhadap nikmat Allah  maka akan diazab masuk ke dalam api neraka (QS. Iberahim : 7).

Sayangnya amat sedikit sekali orang yang bersyukur atas nikmat Allah tersebut. Dimana Allah telah menempatkan dirinya di muka bumi dan dijadikannya segala sumber kehidupan di dalamnya. Namun mereka sangat sedikit bersyukur. (QS. Al-A’raaf : 10).

Kebahagiaan hakiki ini juga akan dirasakan oleh orang yang bersabar ketika usaha kerasnya tidak memperoleh hasil, karena ia meyakini apapun yang diberikan Allah kepadanya adalah baik baginya.

Dengan rasa syukur yang ada pada diri seseorang (orang beriman) maka hatinya akan merasakan hadirnya Allah dalam hidupnya. Begitu juga dengan sabar yang ia miliki, maka itu akan menepis segala hasrat kenikmatan yang ada pada dirinya sehingga mampu mengingatkan dirinya kepada Allah Swt.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, yakni orang-orang yang selalu merindukan kebahagian yang hakiki, yaitu perjumpaan dengan Tuhannya dan ia meyakini bahwa dirinya akan kembali kepada Rabbnya. (QS. Al-Baqarah : 45-46). Wallahu 'alam.

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama