Tiga Pertanda Sifat
Buruk
Muhamad Asran Dirun
Seorang tokoh besar dari kalangan
tabiin Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :
مَن لاَ أَبَدَ لاَعِلْمَ لهُ ومنْ لاَ صَبَرَلهُ لادِينَ لهُ ومن لاَ وَرَعَ له لاَزُلْفَى لهُ
Artinya : Siapa yang tidak memiliki adab (baik terhadap Allah Swt maupun sesama makhluk) berarti dia tidak berilmu. Siapa yang tidak sabar, berarti agamanya kurang bagus. Siapa yang tidak mempunyai sifat wara’ (menjauhkan diri dari yang haram dan syubhat) maka dia adalah orang yang tidak dekat dengan Allah Swt. (Nashaihul ‘Ibad Syeikh Nawawi al-Bantani : 52).
Pertama : Siapa yang tidak memiliki adab (baik terhadap Allah Swt ataupun kepada makhluk) maka ia tidak berilmu.
Menurut al Attas, Adab berasal dari Bahasa Arab, yaitu addaba – yu’addibu – ta’dib yang artinya mendidik atau pendidikan. Sedangkan dalam kamus al Munjid, adab dikaitkan dengan akhlak yang memiliki arti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat sesuai dengan nilai-nilai Agama Islam.
Adab kepada Allah
yaitu dengan memposisikan Allah sebagai Tuhan yang patut disembah, dipuja,
disanjung dan ditinggikan, dan memposisikan kita sebagai hamba (pengabdi)
dengan sifat kelemahan dan ketidakmampuan. Hal itulah yang harus ada dalam diri
kita.
Dengan demikian,
orang yang sudah memiliki adab kepada Allah, maka ia akan tahu diri, tidak
sombong, tidak angkuh, tidak merasa hebat, tidak merasa paling kaya, tidak
merasa berkuasa dan lain-lain.
Karena yang berhak
sombong, mulia, tinggi, hebat, hanya Allah Swt. Ketika ia merasa sukses dalam
usaha/ karir, makai a tidak pernah merasa bahwa itu adalah hasil usaha dirinya.
Semua kesuksesan itu Allahlah yang menghendaki dan menentukan.
Begitu juga ketika ia diberi musibah, sakit, bencana, kekurangan ekonomi, maka segalanya itu ia yakini datangnya dari Allah Swt.
Ia selalu berprasangka baik kepada Allah, apakah yang diberikan itu suatu kenikmatan atau suatu keburukan, maka semuanya itu ia pandang baik untuk dirinya, karena Allahlah yang memberikannya. sehingga apa saja yang ia lihat, apa saja yang ia rasakan, semuanya hanya kebaikan Allah Swt. Jika hal itu (adab) tidak ada pada diri seseorang, maka itu pertanda orang tersebut memilki sifat yang buruk. Maka jika kita memilki sifat seperti ini (tidak beradab kepada Allah), semua amal kebaikan yang sudah kita kerjakan akan ditolak oleh Allah Swt.
Begitupun adab kepada sesama makhluk harus diutamakan. “… ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia …” (QS. Al-Baqarah : 83). “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman : 18).
Ayat tersebut menuntun kita untuk berbuat baik kepada manusia dan mahkluk lainnya. Sikap sombong dan angkuh tidak disukai Allah, karena sikap itu hanya dimiliki oleh Allah Swt. Orang yang memilki sikap tersebut, semua amalnya akan ditolak oleh Allah Swt.
Kedua : Siapa yang tidak sabar, berarti agamanya kurang bagus.
“Hai orang-orang yang
beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah : 153). “…Dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu … (QS. Luqman : 17).
Ayat ini memerintahkan kita untuk memilki sikap sabar, baik itu dalam melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah (menahan diri tidak melakukan maksiat), menghadapi musibah dan bencana. Karena orang yang sabar akan bersama dengan Allah dan akan ditolong oleh Allah dari segala permasalahan yang ia hadapi. Dengan demikian, jika seseorang dalam dirinya tidak memilki sikap sabar, maka pemahaman agamanya bisa dikatakan kurang bagus.
Ketiga : Siapa yang tidak memilki sifat wara’ (menjauhkan diri dari sesuatu yang haram dan syubhat), maka ia termasuk orang-orang yang tidak dekat dengan Allah.
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …” (QS. At-Tahrim : 6). “… Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran … (QS. Al-Maidah : 2).
Menjauhkan diri dari sesuatu yang haram dan syubhat adalah wajib hukumnya, karena itu adalah perintah Allah Swt. Ayat tersebut memerintahkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Artinya kita disuruh menjaga diri dan keluarga kita untuk tidak melakukan kejahatan atau keburukan (perbuatan dosa), karena pelaku kejahatan dan keburukan tempatnya di neraka. Dan kita diperintahkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan (pahala) dan mengingatkan (memberi nasehat) agar tidak berbuat dosa.
Dengan demikian, jika seseorang dalam dirinya tidak mempunyai sikap wara’, tidak mampu menjaga dari perbuatan yang dilarang Allah Swt, maka sesungguhnya ia jauh dari Allah Swt.
Allah Swt itu sesuai dengan prasangka hambanya, jika manusia mendekat kepada Allah dengan selalu taat dan patuh kepada-Nya, maka Allahpun dekat dengannya.
“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat …” (QS. Al-Baqarah : 186). “… dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaf : 16). Allahu ‘alam.
Posting Komentar